Saturday, September 29, 2007

Amazing Grace


Anugerah-Mu Tuhan

Dulu, ada seorang laki-laki. Ia hidup di Amerika. Ia sangat jahat. Ia selalu menangkap seorang kulit hitam. Suatu hari, saat dia sedang berjalan dengan rakitnya yang kecil, ia bertemu dengan seorang perempuan kulit putih yang sikapnya tidak sama dengannya. Perempuan itu tahu sikapnya yang jahat. Walau begitu, perempuan itu tetap baik dengannya. Laki-laki itupun sadar, bahwa Tuhan Yesus telah membuatnya sadar lewat perempuan itu. Akhirnya, ia membuat lagu;

Amazing Grace how sweet the sounds, that saved a wretch like me,
I once wast lost but now I’m found, was blind but now I see.

Artinya: Anugerah-Mu sangat indah.yang menyelamatkan seorang yang berdosa seperti saya. Dulu saya pernah terhilang, tapi sekarang saya telah ditemukan. Dulu saya seorang buta tetapi sekarang saya melihat.

by: Vania

Monday, September 24, 2007

Si Badut



illustrated by: Vania

Daily Devotion

Mazmur 16:8
"Aku senantiasa memandang kepada Tuhan;
karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah."

Kalau saya senantiasa memandang kepada Tuhan, dan Tuhan berdiri di sebelah kananku, iman saya tidak akan goyah oleh karena apapun.

Sebelum saya memandang kepada Tuhan, saya memang merasa agak tersiksa. Namun, ketika saya menemukan ayat ini, saya sadar bahwa setiap kali saya beraktifitas, Tuhan Yesus ada di samping saya. Saya memang merasakan bahwa Tuhan Yesus ada di samping saya. Saya sadar bahwa Tuhan Yesus lah yang selalu menjaga saya. Tuhan Yesus telah menciptakan dunia dan seisinya. Dia adalah Allah yang luar biasa. Saya sangat bersyukur memiliki Allah yang luar biasa yaitu, Tuhan Yesus Kristus. Saya akan terus belajar memandang kepada Tuhan. Give The Best!

By: Vania

Saturday, September 22, 2007

Love

Love is something eternal-- the aspect may change but not the essence. Van Gogh

Love does not dominate; it cultivates. Von Goethe.

Love is as strong as death, its jealousy unyielding as the grave.
It burns like blazing fire, like a mighty flame.
Many waters cannot quench love; rivers cannot wash it away.
If one were to give all the wealth of his house for love, it would be utterly scorned. (Song of Songs 8:6-7)

Monday, September 10, 2007

Apa yang Membuat kita berbeda?

"Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Darimanakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapanMu, yakni aku dan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?" (Keluaran 33:15-16)

Menjalani kehidupan sehari-hari tanpa penyertaan Tuhan, maka perjalanan kehidupan kita sebagai umat Tuhan akan sama saja dengan kehidupan yang dijalani oleh orang pada umumnya. Tuhan menciptakan hujan dan panas untuk dialami oleh semua orang di muka bumi ini, termasuk orang percaya. Tuhan mengijinkan semua orang yang hidup di muka bumi ini mengalami masalah dalam kehidupan, termasuk orang percaya. Lalu apa yang membuat orang percaya menjadi berbeda dalam menjalani kehidupannya?

Melaksanakan kepemimpinan tanpa pimpinan Tuhan, maka kepemimpinan kita akan sama saja dengan kepemimpinan para pemimpin dunia pada umumnya. Bahkan, ada banyak pemimpin yang baik di dunia ini. Apa yang membuat kita menjadi pemimpin yang berbeda? Tantangan dan masalah dalam kepemimpinan dihadapi oleh semua orang yang menyebut dirinya sebagai pemimpin di dunia ini. Tantangan dan masalah-masalah kepemimpinan, bahkan terkadang lebih pelik dari yang dihadapi oleh para pemimpin dunia ini, dihadapi oleh para pemimpin Kristen. Apa yang membuat para pemimpin Kristen menjadi berbeda dari pemimpin dunia ini?

Pernyataan Musa bukanlah lip service atau sekedar pernyataan bibir manis sebagai pemanis khotbah di hadapan publik, tetapi pernyataan yang dikatakan langsung kepada Tuhan dalam kegentaran dan takut akan Tuhan. Pernyataan tersebut bukan sekedar pengetahuan dan pengakuan belaka, namun keluar dari pengalaman berjalan bersama dengan Tuhan. Pengalaman berjalan bersama Tuhan seharusnya menjadi pengalaman pengenalan akan Tuhan. Pengenalan akan Tuhan membawa umat dan pemimpin menjadi secure dalam perjalanan kehidupan dan kepemimpinan mereka. Betapa tidak pengalaman berjalan bersama Tuhan tidak hanya dialami oleh umat atau pemimpin yang dipilihNya, namun dialami oleh Tuhan sebagai pribadi. Tuhan begitu mengenal Musa karena Musa begitu terbuka dan tulus di hadapan Tuhan (Keluaran 33:17), bukan semata-mata mengenal karena kemaha-tahuan Tuhan namun dari pengalaman berjalan bersama Musa. Hubungan sudah terjalin, rasa saling percaya telah tercipta. Musa sadar bahwa dari situlah sumber dan arah dari kepemimpinannya berasal. Kel. 33:11-14 memperlihatkan bahwa Tuhan berbicara kepada Musa seperti layaknya berbicara kepada seorang teman. Pada waktu itulah jaminan penyertaan Tuhan diberikan. Musa tidak perlu mengandalkan siapapun dalam timnya, namun Tuhan sendiri yang akan membimbing dan memberi ketentraman kepadanya. Tuhan berkata kepada Musa, " Juga hal yang telah kau katakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau." Lagi, kisah ini memperlihatkan betapa dekatnya hubungan Musa dengan Tuhan, hingga Tuhan "mencari cara" untuk memperlihatkan kemuliaanNya kepada Musa (ayat 18-23). Musa memimpin bukan dengan rasa Percaya Diri nya karena ia adalah seorang yang berkharisma dan diurapi, namun ia menjadi percaya bahwa ia mampu memimpin karena Tuhan yang menyertainya, yang mengenali dia dalam semua kekurangannya.

Musa mengetahui bahwa yang membuat dia dan umat Tuhan menjadi berbeda dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini adalah penyertaan dan pimpinan Tuhan dalam perjalanan kehidupan dan pelayanan mereka (Keluaran 33:15-16). Musa telah tiba pada kesadaran bahwa ia bisa saja memimpin umat yang dipercayakan kepadanya, namun ia tidak mau berjalan tanpa Tuhan sendiri yang membimbingnya. Pernyataan hatinya kepada Tuhan menunjukkan bahwa Musa telah menyadari bahwa direction in life or leadership comes from the relationship with God. Musa berkata, "Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu" (ayat 13).

Kalau sama saja dengan yang lain, buat apa?

Saturday, September 8, 2007

Leadership

The only leader worth following is one who is following Christ.

If Christ controls you on the inside, you'll be genuine on the outside.

A little of wisdom is better than a lot of wealth.


Mengandalkan Tuhan

"Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan, namun terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri " Yeremia 17:5-8.

Pada saat Israel membawa serta anak-anaknya ke Mesir, anak-anaknya melihat dan mengalami pemeliharaan Tuhan yang luar biasa di tengah-tengah musim paceklik yang dialami oleh bangsa-bangsa di sekitar Mesir. Namun apabila kita mau melihat dengan jeli dalam kehidupan yang diselamatkan dan diberkati, terdapat dua cara pandang yang berbeda di antara anak-anak Isarel. Cara pandang seseorang memperlihatkan kepercayaan seseorang. Hal tersebut dapat dilihat pada saat anak-anak Israel mengalami masa-masa ketidak pastian akan masa depan mereka setelah ayah mereka meninggal. Apa yang dipikirkan oleh mereka telah menunjukkan kepercayaan mereka.

Lihatlah peristiwa pada saat mereka kembali dari Kanaan setelah mengubur ayah mereka yang meninggal. Kejadian 50:15-17 mencatat percakapan mereka yang menunjukkan kekuatiran akan masa depan mereka. Setelah menyuruh orang untuk menyampaikan pesan, merekapun datang sujud kepada Yusuf (ayat 18) untuk menjadi budak agar dapat tetap menjalani kehidupan di Mesir. Percakapan dan tindakan mereka telah menunjukkan bahwa mereka telah mengandalkan pengaruh ayah mereka atas Yusuf dan mengandalkan Yusuf untuk kelanjutan hidup mereka.

Bandingkanlah cara pandang dan sikap Yusuf tentang kehidupan dan masa depannya dengan apa yang terjadi pada saudara-saudaranya. Respon Yusuf terhadap tindakan saudara-saudaranya menunjukkan bahwa ia melihat kehidupan dan masa depan dengan iman kepada Allah yang memiliki rancangan yang baik bagi masa depan umatNya (ayat 19-20). Ia tidak menjadi sakit hati karena ia memiliki cara pandang dan tindakan yang benar. "Aku inikah pengganti Allah?" demikian Yusuf menjawab mereka. Ia menyadari bahwa ia bukanlah Allah, tidak dapat menentukan apa-apa bagi masa depannya sendiri maupun keluarganya. Ia menyadari dan percaya bahwa Allah adalah Allah yang merancang kebaikan bagi umatNya, memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Ia sangat percaya kepada janji Allah. Karena ia memiliki iman dan pengharapan di dalam Allah, ia menghiburkan dan menenangkan hati saudara-saudaranya dengan perkataannya. Bahkan, menjelang kematiannya, Yusuf tetap menguatkan iman saudara-saudaranya, dengan penegasan bahwa ... "tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negri ini, ke negri yang telah dijanjikanNya kepada Abraham, Ishak dan Yakub!" (ayat 24). Perjalanan kehidupan Yusuf hingga kematiannya telah menunjukkan bahwa orang yang mengandalkan Tuhan memiliki dan menikmati kehidupan yang diberkati; "... seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air dan tidak mengalami panas terik, daunnya tetap hijau dan tidak kuatir akan musim kering namun terus menerus menghasilkan buah" (Yeremia 16:8). Apa yang menjadi kerinduannya tetap dipedulikan oleh Allah. Saat Allah membawa umat ini keluar dari Mesir, Musa membawa tulang-tulang Yusuf keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian (Kel. 13:19).

Namun, apa yang terjadi dengan saudara-saudaranya? Janji Tuhan tidak pernah berubah!
Kisah dalam kitab Kejadian tidak berakhir pada fasal 50 kitab tersebut. Kisah perjalanan kehidupan anak-anak Israel berlanjut dalam kitab Keluaran. Allah terus memberkati mereka dengan sangat berlimpah, mereka bertambah banyak hingga memenuhi Mesir. Namun, keadaan makmur hanya dihadapi dengan sikap take it for granted oleh mereka. Saat hidup mereka tertindas dan mengalami kepahitan, bahkan harus kehilangan setiap anak lelaki mereka, Allah tetap memelihara bangsa ini. Pengalaman berikutnya, perjalanan hidup mereka selama di Mesir hingga perjalanan keluar dari Mesir, mengajar mereka untuk beriman dan mengandalkan Allah. Israel diajak untuk tidak mengandalkan diri mereka sendiri, agar dapat meninggalkan semak bulus di padang belantara dan mulai mengalami keadaan baik, dapat meninggalkan tanah angus di padang gurun dan meninggalkan tanah asin yang tidak berpenduduk (Yer.17:5-6).

Israel yang terbiasa mengandalkan kepandaian manusia, kekuatan kuda, harus belajar untuk percaya dan mengandalkan Tuhan dan tidak menjauhkan diri dari Tuhan.
Prinsip inipun berlaku bagi semua orang percaya. Siapapun yang menyebut dirinya sebagai orang percaya, harus percaya dan mengandalkan Tuhan, dan tidak menjauhkan diri dari Tuhan.
Bagaimana dengan saya dan anda?