Tuesday, August 14, 2007

Keajaiban Cinta

Cinta pada pandangan pertama bukanlah hal yang luar biasa. Jika dua orang yang telah menikah bertahun-tahun dan masih selalu saling memandang itulah keajaiban. Sam Levinson.

Kunci Pernikahan yang sempurna adalah tidak mengharapkan kesempurnaan. John C. Maxwell

A happy marriage is a union of two good forgivers. ODB.

Hati



"Hati yang gembira membuat muka
berseri-seri, tetapi kepedihan hati
mematahkan semangat."Amsal 15:13

"Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang."
Amsal 14:30

"Hati orang bijak menjadikan mulutnya berakal budi, dan menjadikan bibirnya lebih dapat meyakinkan." Amsal 16:23

Kemesraan Ini Janganlah Cepat Berlalu








Saturday, August 11, 2007

Mempercayakan Tuhan untuk "Mengayuh Sepeda".

Saya diberkati oleh renungan firman Tuhan mengenai Yokhebed, ibu yang bertanggung jawab terhadap anaknya, yang disampaikan oleh Jeany Tupamahu dalam sebuah persekutuan ibu-ibu. Saya merasa digerakkan untuk melanjutkan renungan yang saya buat tentang "Mempercayakan Tuhan untuk Mengayuh Sepeda." Yokhebed adalah tokoh yang saya angkat untuk menunjukkan kehidupan beriman kepada Allah Israel yang berdaulat atas kehidupan umat manusia. Saya melihat Yokhebed adalah seorang wanita yang mengijinkan Tuhan "mengayuh sepeda kehidupannya" walaupun pasti rasanya sangat berat untuk menghadapi pergumulan sebagai seorang ibu yang terpaksa harus menyembunyikan bayi yang baru dilahirkannya dari kejaran tentara Firaun, bahkan berpisah darinya untuk mempercayakan Tuhan memeliharanya. Marilah kita melihat siapa ia sebenarnya dan penggalan peristiwa yang dapat kita telusuri dalam masa-masa kehidupan yang dihadapinya serta memetik pelajaran iman dari pengalaman tersebut.

Yokhebed adalah ibu dari Miryam, Musa dan Harun, seorang wanita anggota keluarga Lewi yang menikah dengan Amram, seorang keturunan Lewi pula (Keluaran 6:19 dan Keluaran 2:1, menurut LXX kedua orang ini sepupu). Tidak banyak kisah mengenainya yang ditulis dalam Alkitab, namun dalam penggalan kisah yang singkat kita dapat melihat keberaniannya untuk mempercayakan Tuhan mengambil peran dan terlibat secara langsung dalam kehidupan anaknya, Musa. Pada saat ia terpaksa harus "melepaskan tangan" dari kehidupan anaknya, Ia sedang mengijinkan Tuhan untuk" mengayuh sepeda" baginya. Dari kisah bayi Musa hingga ia menjadi dewasa, Pertolongan karena kesetiaan Tuhan nyata dalam kehidupannya (Keluaran 2:1-10).

Bayi Musa, yang baru saja melewati usia 3 bulan, tidak dapat disembunyikan lagi. Bayi yang biasanya selalu berada didekapan Yokhebed terpaksa harus dilepaskan dari tangannya. Perhatikanlah kata-kata kerja yang menunjukkan tindakan Yokhebed sebelum ia melepaskan Bayi itu di aliran sungai Nil. "Diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil" (Kel. 2:3). Dapatkah kita membayangkan kegalauan hati Yokhebed sebagai ibu yang melahirkan dan merawat bayi Musa secara intens selama 3 bulan? Dapat dikatakan, karena keadaan yang begitu berbahaya bagi bayinya selama tiga bulan ia telah terus menerus berada dekat dengan bayinya. Hal itu dilakukannya untuk menjamin keselamatan bayinya. Kini ia sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk melepaskan bayi itu ke tengah-tengah ketidak-pastian masa depan. Ia hanya dapat meminta Miryam, kakaknya untuk melihat 'apakah yang akan terjadi dengan bayi Musa' (Kel. 2:4). Pada saat ia melepaskan, maka Tuhan bertindak. Tindakan 'melepas' adalah bagian dari skenario kehidupan yang dirancang Tuhan untuk membawa kita kepada pengalaman mempercayai Tuhan dalam segala keadaan. Kedatangan putri Firaun bukanlah suatu kebetulan. Tuhan mulai "mengayuh sepeda" pada saat Yokhebed bertukar tempat denganNya. Frase 'maka datanglah putri Firaun untuk mandi' (ayat 5) dan sehingga belas kasihanlah ia kepadanya (ayat 6) bukanlah suatu kebetulan, namun itu adalah tindakan dari Tuhan untuk menyelamatkan bayi itu dari ketidak pastian masa depan. Menyadari bahwa bayi itu pasti orang Ibrani dan kehadiran Miryam yang tiba-tiba (ayat 7) menawarkan seorang inang penyusu dari antara orang Ibrani, putri firaun bisa saja mentaati peraturan yang dimaklumkan oleh ayahnya sendiri, Raja Mesir (1:15). Allah yang membela dan memberkati bidan-bidan orang Ibrani dan sangat melipat-gandakan bangsa itu (1:20) adalah Allah yang telah memelihara bayi Musa dalam belas kasihan putri Firaun. Allah adalah Allah yang bertindak memberikan masa depan yang pasti walaupun perjalanan "bersepeda" harus melewati lorong-lorong yang gelap dan berbahaya.

Perhatikanlah pengalaman Yokhebed berikutnya; Ia diminta untuk membawa bayinya dan menyusuinya, dan ia diberi upah oleh putri tersebut (2:9). Privilege atau kesempatan istimewa sebagai seorang ibu yang menyusui bayinya sendiri dan membesarkan dan mendidiknya dikembalikan kepadanya. Yokhebed hanya perlu "berpegangan" pada Allah Israel yang sedang "mengayuh sepeda" baginya. Ia berada dalam pengalaman kehidupan sehari-hari bersama anaknya, namun telah belajar untuk mempercayai Tuhan dalam setiap pengalaman itu. Pengalaman "mengijinkan Tuhan untuk mengayuh sepeda" dalam perjalanan kehidupan kita tidak dapat diartikan bahwa Tuhan ingin mengambil dari kita, namun Tuhan ingin kita belajar "melepaskan" dan percaya kepadaNya. Yokhebed mengalami kesetiaan Tuhan (the faithfulness of God) pada saat ia mau belajar percaya (to have faith in God). Pengalaman having faith in God tidak dapat terlepas dari mengalami pengalaman the faithfullness of God. Tuhan adalah Tuhan yang bertanggung jawab atas kehidupan yang diserahkan sepenuhnya kepadaNya.

Pengalaman di atas telah membawa Yokhebed kepada pengalaman "melepaskan" berikutnya, namun hatinya telah menjadi besar karena ia harus melepaskan anaknya demi maksud Tuhan yang mulia bagi bangsanya. Yokhebed telah bertumbuh dalam iman kepada Tuhan. Pengalaman "melepaskan" pada pengalaman pertama membawa Yokhebed kepada pengalaman "melepaskan" yang kedua, yaitu "melepaskan Musa" untuk menjadi anak putri Firaun. Percayalah bahwa rancangan Tuhan bukanlah rancangan kecelakaan, namun rancangan damai sejahtera untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11).
Bertumbuhlah menjadi lebih dewasa di dalam iman kepada Tuhan dalam setiap pengalaman hidup kita. Tidak ada sesuatu yang kebetulan, memiliki anak-anak untuk dibesarkan dan dididik adalah pengalaman yang diberikan kepada kita untuk menikmati dan bertanggungjawab di dalamnya. Namun, lebih dari semua itu, Tuhan ingin pengalaman itu akan menjadi pengalaman iman bersamanya, mengijinkan "Tuhan mengayuh sepeda" kehidupan kita dan mengalami kesetiaan Tuhan dalam setiap pengalaman yang ada di dalamnya.
Apakah anda sedang menanti kesetiaan Tuhan dalam kehidupan anda? Percayalah kepada Tuhan, dan ijinkan "Tuhan mengayuh sepeda" kehidupan anda. Inilah saatnya anda belajar melepaskan genggaman anda dan menyerahkan ke dalam genggaman tanganNya. Trust Him, Enjoy your trip with your faithful God.

Wednesday, August 8, 2007

Berganti Tempat dengan Tuhan

Sore itu anak saya baru saja pulang sekolah dan langsung memberitahukan saya bahwa ia meminjam dua buah buku, dari perpustakaan sekolahnya, untuk saya baca. Saya tersenyum menyaksikan betapa ia berbahagia saat saya menerimanya dan mengucapkan terima kasih padanya. Salah satu buku yang dipinjamnya adalah Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat, yang diterbitkan oleh Gospel Press, Batam. Entahlah apa yang dipikirkannya hingga ia memilihkan buku tersebut untuk saya. Yang pasti saya begitu diberkati olehnya dan buku yang dipinjamnya.

Suatu pagi hari saya mengambil buku itu, mulai membacanya dan saya begitu diberkati. Saya membaca kutipan di buku tersebut yang diambil dari Illustrations Unlimited yang ditulis oleh James Hewett. Hewett menulis, "Saat saya mengenali Kuasa yang lebih tinggi ini, kehidupan rasanya seakan-akan menaiki sepeda tandem... Tuhan ada dibelakang membantu saya mengayuh. Saya tidak tahu kapan tepatnya Ia menyarankan agar kami bertukar tempat, namun kehidupan tidak sama lagi sejak itu... Saat Ia mengambil alih pimpinan, saya hanya perlu berpegangan! Ia tahu jalan-jalan yang enak, mendaki gunung dan melewati tempat-tempat berbatu- dengan kecepatan yang sangat berbahaya... Mulanya saya tidak percaya kepadaNya untuk mengendalikan kehidupan saya. Saya pikir Ia akan menghancurkannya, tetapi Ia mengetahui rahasia bersepeda - tahu bagaimana membuatnya miring untuk melewati tikungan yang tajam, menghindari batu-batu besar, dan melaju dengan kecepatan tinggi melewati jalan-jalan menakutkan... Saya mulai menikmati pemandangan dan angin sepoi-sepoi sejuk di wajah saya bersama Sahabat setia saya yang menyenangkan."

Saya mulai bertanya pada diri saya, "Kapan tepatnya Tuhan menyarankan agar bertukar tempat denganNya?" Jauh, jauh, ingatan saya mulai menerawang kepada tahun-tahun yang telah silam dan pengalaman-pengalaman bersamaNya. Saat Tuhan duduk di depan, mengayuh dan melaju dengan kecepatan tinggi, memang menegangkan namun ada ketenangan di tengah perjalanan melewati lorong-lorong yang menakutkan. Namun, saya juga teringat kepada pengalaman-pengalaman di mana saya mengayuh sepeda dan Tuhan duduk di belakang. Betapa kekuatiran menghantui pikiran dan mengganggu perasaan saya selama perjalanan, apalagi pada saat saya merasa sendirian di atas sepeda itu. Mampukah saya melewat jalan-jalan itu? Pikiran dan perasaan saya begitu terfokus pada cara bagaimana untuk tetap menjalankan sepeda itu dan tiba di tempat tujuan dengan segera. Saya bisa merasa bagaimana tegangnya otot-otot di kaki dan tangan saya, mulai merasa lelah, genjotan mulai melemah, dan saya mulai menyadari dan berkata, "Tuhan di mana nih? kok Tuhan gak bantu saya sih?

Kita percaya bahwa "Life is going on, so... move on ..." Namun jangan kita mengabaikan saran Tuhan untuk berganti tempat. Kita tidak akan pernah menandingi hikmat Tuhan dalam menjalani perjalanan kehidupan yang penuh dengan liku-liku. Betapapun kuatnya otot-otot tangan anda dan kekarnya kedua kaki anda, jangan biarkan Dia duduk di bagian belakang, mintalah Ia duduk di depan. Percayalah anda akan menikmati perjalanan yang dipimpinNya.

Saya percaya pada saat anak saya membaca tulisan ini, ia akan sangat berbangga dan percaya bahwa perjalanan yang dilakukannya bersama saya dalam hidup akan aman, karena Ia tahu siapa yang mengayuh sepeda bagi keluarganya. "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku... Ia mengayuh sepedaku di jalan yang benar... Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya... Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku seumur hidupku." Mazmur 23.
Apakah Tuhan sedang menyarankan anda untuk berganti tempat denganNya dalam perjalananan anda pada hari ini? Apakah Tuhan sedang mengayuh sepeda bagi anda?