Sore itu anak saya baru saja pulang sekolah dan langsung memberitahukan saya bahwa ia meminjam dua buah buku, dari perpustakaan sekolahnya, untuk saya baca. Saya tersenyum menyaksikan betapa ia berbahagia saat saya menerimanya dan mengucapkan terima kasih padanya. Salah satu buku yang dipinjamnya adalah Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat, yang diterbitkan oleh Gospel Press, Batam. Entahlah apa yang dipikirkannya hingga ia memilihkan buku tersebut untuk saya. Yang pasti saya begitu diberkati olehnya dan buku yang dipinjamnya.
Suatu pagi hari saya mengambil buku itu, mulai membacanya dan saya begitu diberkati. Saya membaca kutipan di buku tersebut yang diambil dari Illustrations Unlimited yang ditulis oleh James Hewett. Hewett menulis, "Saat saya mengenali Kuasa yang lebih tinggi ini, kehidupan rasanya seakan-akan menaiki sepeda tandem... Tuhan ada dibelakang membantu saya mengayuh. Saya tidak tahu kapan tepatnya Ia menyarankan agar kami bertukar tempat, namun kehidupan tidak sama lagi sejak itu... Saat Ia mengambil alih pimpinan, saya hanya perlu berpegangan! Ia tahu jalan-jalan yang enak, mendaki gunung dan melewati tempat-tempat berbatu- dengan kecepatan yang sangat berbahaya... Mulanya saya tidak percaya kepadaNya untuk mengendalikan kehidupan saya. Saya pikir Ia akan menghancurkannya, tetapi Ia mengetahui rahasia bersepeda - tahu bagaimana membuatnya miring untuk melewati tikungan yang tajam, menghindari batu-batu besar, dan melaju dengan kecepatan tinggi melewati jalan-jalan menakutkan... Saya mulai menikmati pemandangan dan angin sepoi-sepoi sejuk di wajah saya bersama Sahabat setia saya yang menyenangkan."
Saya mulai bertanya pada diri saya, "Kapan tepatnya Tuhan menyarankan agar bertukar tempat denganNya?" Jauh, jauh, ingatan saya mulai menerawang kepada tahun-tahun yang telah silam dan pengalaman-pengalaman bersamaNya. Saat Tuhan duduk di depan, mengayuh dan melaju dengan kecepatan tinggi, memang menegangkan namun ada ketenangan di tengah perjalanan melewati lorong-lorong yang menakutkan. Namun, saya juga teringat kepada pengalaman-pengalaman di mana saya mengayuh sepeda dan Tuhan duduk di belakang. Betapa kekuatiran menghantui pikiran dan mengganggu perasaan saya selama perjalanan, apalagi pada saat saya merasa sendirian di atas sepeda itu. Mampukah saya melewat jalan-jalan itu? Pikiran dan perasaan saya begitu terfokus pada cara bagaimana untuk tetap menjalankan sepeda itu dan tiba di tempat tujuan dengan segera. Saya bisa merasa bagaimana tegangnya otot-otot di kaki dan tangan saya, mulai merasa lelah, genjotan mulai melemah, dan saya mulai menyadari dan berkata, "Tuhan di mana nih? kok Tuhan gak bantu saya sih?
Kita percaya bahwa "Life is going on, so... move on ..." Namun jangan kita mengabaikan saran Tuhan untuk berganti tempat. Kita tidak akan pernah menandingi hikmat Tuhan dalam menjalani perjalanan kehidupan yang penuh dengan liku-liku. Betapapun kuatnya otot-otot tangan anda dan kekarnya kedua kaki anda, jangan biarkan Dia duduk di bagian belakang, mintalah Ia duduk di depan. Percayalah anda akan menikmati perjalanan yang dipimpinNya.
Saya percaya pada saat anak saya membaca tulisan ini, ia akan sangat berbangga dan percaya bahwa perjalanan yang dilakukannya bersama saya dalam hidup akan aman, karena Ia tahu siapa yang mengayuh sepeda bagi keluarganya. "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku... Ia mengayuh sepedaku di jalan yang benar... Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya... Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku seumur hidupku." Mazmur 23.
Apakah Tuhan sedang menyarankan anda untuk berganti tempat denganNya dalam perjalananan anda pada hari ini? Apakah Tuhan sedang mengayuh sepeda bagi anda?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment