Saturday, August 11, 2007

Mempercayakan Tuhan untuk "Mengayuh Sepeda".

Saya diberkati oleh renungan firman Tuhan mengenai Yokhebed, ibu yang bertanggung jawab terhadap anaknya, yang disampaikan oleh Jeany Tupamahu dalam sebuah persekutuan ibu-ibu. Saya merasa digerakkan untuk melanjutkan renungan yang saya buat tentang "Mempercayakan Tuhan untuk Mengayuh Sepeda." Yokhebed adalah tokoh yang saya angkat untuk menunjukkan kehidupan beriman kepada Allah Israel yang berdaulat atas kehidupan umat manusia. Saya melihat Yokhebed adalah seorang wanita yang mengijinkan Tuhan "mengayuh sepeda kehidupannya" walaupun pasti rasanya sangat berat untuk menghadapi pergumulan sebagai seorang ibu yang terpaksa harus menyembunyikan bayi yang baru dilahirkannya dari kejaran tentara Firaun, bahkan berpisah darinya untuk mempercayakan Tuhan memeliharanya. Marilah kita melihat siapa ia sebenarnya dan penggalan peristiwa yang dapat kita telusuri dalam masa-masa kehidupan yang dihadapinya serta memetik pelajaran iman dari pengalaman tersebut.

Yokhebed adalah ibu dari Miryam, Musa dan Harun, seorang wanita anggota keluarga Lewi yang menikah dengan Amram, seorang keturunan Lewi pula (Keluaran 6:19 dan Keluaran 2:1, menurut LXX kedua orang ini sepupu). Tidak banyak kisah mengenainya yang ditulis dalam Alkitab, namun dalam penggalan kisah yang singkat kita dapat melihat keberaniannya untuk mempercayakan Tuhan mengambil peran dan terlibat secara langsung dalam kehidupan anaknya, Musa. Pada saat ia terpaksa harus "melepaskan tangan" dari kehidupan anaknya, Ia sedang mengijinkan Tuhan untuk" mengayuh sepeda" baginya. Dari kisah bayi Musa hingga ia menjadi dewasa, Pertolongan karena kesetiaan Tuhan nyata dalam kehidupannya (Keluaran 2:1-10).

Bayi Musa, yang baru saja melewati usia 3 bulan, tidak dapat disembunyikan lagi. Bayi yang biasanya selalu berada didekapan Yokhebed terpaksa harus dilepaskan dari tangannya. Perhatikanlah kata-kata kerja yang menunjukkan tindakan Yokhebed sebelum ia melepaskan Bayi itu di aliran sungai Nil. "Diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil" (Kel. 2:3). Dapatkah kita membayangkan kegalauan hati Yokhebed sebagai ibu yang melahirkan dan merawat bayi Musa secara intens selama 3 bulan? Dapat dikatakan, karena keadaan yang begitu berbahaya bagi bayinya selama tiga bulan ia telah terus menerus berada dekat dengan bayinya. Hal itu dilakukannya untuk menjamin keselamatan bayinya. Kini ia sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk melepaskan bayi itu ke tengah-tengah ketidak-pastian masa depan. Ia hanya dapat meminta Miryam, kakaknya untuk melihat 'apakah yang akan terjadi dengan bayi Musa' (Kel. 2:4). Pada saat ia melepaskan, maka Tuhan bertindak. Tindakan 'melepas' adalah bagian dari skenario kehidupan yang dirancang Tuhan untuk membawa kita kepada pengalaman mempercayai Tuhan dalam segala keadaan. Kedatangan putri Firaun bukanlah suatu kebetulan. Tuhan mulai "mengayuh sepeda" pada saat Yokhebed bertukar tempat denganNya. Frase 'maka datanglah putri Firaun untuk mandi' (ayat 5) dan sehingga belas kasihanlah ia kepadanya (ayat 6) bukanlah suatu kebetulan, namun itu adalah tindakan dari Tuhan untuk menyelamatkan bayi itu dari ketidak pastian masa depan. Menyadari bahwa bayi itu pasti orang Ibrani dan kehadiran Miryam yang tiba-tiba (ayat 7) menawarkan seorang inang penyusu dari antara orang Ibrani, putri firaun bisa saja mentaati peraturan yang dimaklumkan oleh ayahnya sendiri, Raja Mesir (1:15). Allah yang membela dan memberkati bidan-bidan orang Ibrani dan sangat melipat-gandakan bangsa itu (1:20) adalah Allah yang telah memelihara bayi Musa dalam belas kasihan putri Firaun. Allah adalah Allah yang bertindak memberikan masa depan yang pasti walaupun perjalanan "bersepeda" harus melewati lorong-lorong yang gelap dan berbahaya.

Perhatikanlah pengalaman Yokhebed berikutnya; Ia diminta untuk membawa bayinya dan menyusuinya, dan ia diberi upah oleh putri tersebut (2:9). Privilege atau kesempatan istimewa sebagai seorang ibu yang menyusui bayinya sendiri dan membesarkan dan mendidiknya dikembalikan kepadanya. Yokhebed hanya perlu "berpegangan" pada Allah Israel yang sedang "mengayuh sepeda" baginya. Ia berada dalam pengalaman kehidupan sehari-hari bersama anaknya, namun telah belajar untuk mempercayai Tuhan dalam setiap pengalaman itu. Pengalaman "mengijinkan Tuhan untuk mengayuh sepeda" dalam perjalanan kehidupan kita tidak dapat diartikan bahwa Tuhan ingin mengambil dari kita, namun Tuhan ingin kita belajar "melepaskan" dan percaya kepadaNya. Yokhebed mengalami kesetiaan Tuhan (the faithfulness of God) pada saat ia mau belajar percaya (to have faith in God). Pengalaman having faith in God tidak dapat terlepas dari mengalami pengalaman the faithfullness of God. Tuhan adalah Tuhan yang bertanggung jawab atas kehidupan yang diserahkan sepenuhnya kepadaNya.

Pengalaman di atas telah membawa Yokhebed kepada pengalaman "melepaskan" berikutnya, namun hatinya telah menjadi besar karena ia harus melepaskan anaknya demi maksud Tuhan yang mulia bagi bangsanya. Yokhebed telah bertumbuh dalam iman kepada Tuhan. Pengalaman "melepaskan" pada pengalaman pertama membawa Yokhebed kepada pengalaman "melepaskan" yang kedua, yaitu "melepaskan Musa" untuk menjadi anak putri Firaun. Percayalah bahwa rancangan Tuhan bukanlah rancangan kecelakaan, namun rancangan damai sejahtera untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11).
Bertumbuhlah menjadi lebih dewasa di dalam iman kepada Tuhan dalam setiap pengalaman hidup kita. Tidak ada sesuatu yang kebetulan, memiliki anak-anak untuk dibesarkan dan dididik adalah pengalaman yang diberikan kepada kita untuk menikmati dan bertanggungjawab di dalamnya. Namun, lebih dari semua itu, Tuhan ingin pengalaman itu akan menjadi pengalaman iman bersamanya, mengijinkan "Tuhan mengayuh sepeda" kehidupan kita dan mengalami kesetiaan Tuhan dalam setiap pengalaman yang ada di dalamnya.
Apakah anda sedang menanti kesetiaan Tuhan dalam kehidupan anda? Percayalah kepada Tuhan, dan ijinkan "Tuhan mengayuh sepeda" kehidupan anda. Inilah saatnya anda belajar melepaskan genggaman anda dan menyerahkan ke dalam genggaman tanganNya. Trust Him, Enjoy your trip with your faithful God.

No comments: